Aku selalu bertanya dalam hati
setiap kita mulai berjalan di atas kerikil-kerikil jalan di kota itu,
seperti (i)nikah di surga?
Kabut sejuk menghalangi mata
seakan ingin tetap menyimpan misteri jalan di hadapan kita.
Sawah terhampar hijau
dan kita membincang tentang sawah organik yang akan kita buat nanti.
Di udara, merpati terbang berkawan
dan merendah ketika mulai lelah.
Namun saat itu pula engkau berseru untuk menepukkan tangan.
Tangan kutepuk dan ajaib, mereka kembali mengepakkan sayap.
Terbang berkawan, melupakan sarang.
Dari balik selimut kabut
senyum warga rekah menyapa.
Meski mereka wajah yang baru kutemui.
Belum ada kehidupan yang tercabik rasa asing di sini, benakku.
Tapi di surga, mungkin kita tak akan mendengar lagi berita kematian
seperti yang diumumkan seorang lelaki lewat corong masjid.
Nun jauh di sana.
Ah, seperti (i)nikah di surga?
Engkau dan aku berjalan bersama menikmati pagi.
Mataram, 05.Juni.10
No comments:
Post a Comment